
TIM KESENIAN STAB SYAILENDRA TAMPIL SUKSES DALAM BODH MAHOTSAVA INTERNATIONAL FESTIVAL 2020
“Ananda, ada empat tempat bagi seorang berbakti seharusnya pergi dharmayatra, menyatakan sujudnya dengan perasaan hormat. Di manakah keempat tempat itu?”
“Ananda, bagi mereka yang dengan keyakinan yang kuat melakukan ziarah ke tempat-tempat itu, maka setelah mereka meninggal dunia, mereka akan terlahir kembali di alam bahagia (sagga loka).”

Bodh Mahotsava Festival
Pada tanggal 29 Desember 2019-31 Januari 2020 telah berlangsung sebuah perhelatan seni budaya Buddhis yang berlangsung sejak tahun 1998. Perhelatan tahunan bernama Bodh Mahotsava Festival ini adalah upaya pemerintah India untuk mempromosikan wisata religi yang menarik minat wisatawan Buddhis dari seluruh dunia. Kota Bodhgaya di Provinsi Bihar menjadi tempat tujuan wisata yang sangat penting bagi warga Buddha, karena di kota inilah terletak Mahabodhi Temple. Ini adalah tempat di mana Pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha.
Dalam festival Buddhis internasional ini, tim seni Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI) diwakili oleh dosen dan mahasiswa STAB Syailendra. Delegasi Indonesia terdiri dari koreografer, pelatih, penari, dan tim artistik dengan jumlah sebanyak 12 orang. Mereka menampilkan dua seni tari, yaitu Gending Sriwijaya dari Palembang, dan Tari Puja yang koreografinya diciptakan oleh seniman tari Wilis Rengganiasih Endah Ekowati, S.Sn., M.A.
Pada kesempatan itu, Indonesia mendapatkan kehormatan karena dipercaya untuk tampil pada inauguration ceremony yang dihadiri oleh para tamu kehormatan.
Selesai menunaikan tugas tampil dalam festival bergengsi ini, tim tari Indonesia bergabung dengan peserta dhammayatra dari Indonesia. Mereka berkesempatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah peninggalan Guru Agung Buddha Gotama. Kesempatan ini menambah rasa syukur, haru dan bahagia yang luar biasa bagi para anggota Tim Kesenian STAB Syailendra.

Pesan Sang Buddha dalam Dharmayatra
Sejumlah warga Buddha Indonesia dan Tim Kesenian STAB Syailendra dengan saddha yang kuat merenungkan pesan-pesan Sang Buddha dalam Mahāparinibbāna Sutta. Sesaat sebelum wafat, Sang Buddha berpesan kepada Bhikkhu Ananda:
“Ananda, tempat di mana Sang Tathagata dilahirkan, adalah tempat bagi seorang berbakti seharusnya berdhammayatra, menyatakan sujudnya dengan perasaan hormat. Tempat di mana Sang Tathagata mencapai Penerangan Sempurna yang tiada taranya, adalah tempat bagi seorang berbakti seharusnya dharmayatra, menyatakan sujudnya dengan perasaan hormat. Tempat di mana Sang Tathagata memutarkan roda Dhamma untuk pertama kali, adalah tempat bagi seorang berbakti seharusnya dharmayatra, menyatakan sujudnya dengan perasaan hormat. Tempat di mana Sang Tathagata meninggal (parinibbana), adalah tempat bagi seorang berbakti seharusnya dharmayatra, menyatakan sujudnya dengan perasaan hormat. Mereka yang berziarah ke tempat-tempat itu, apakah mereka itu para bhikkhu, para bhikkhuni, para upasaka atau para upasika merenungkan: “Di sinilah Sang Tathagata dilahirkan. Di sinilah Sang Tathagata mencapai Penerangan Sempurna. Di sinilah Sang Tathagata memutarkan roda dhamma untuk pertama kali. Di sinilah Sang Tathagata meninggal (parinibbana)”.
Penulis: Wilis Rengganiasih Endah Ekowati
Editor: Dhammatejo W.
You May Also Like

SUPARDI, PUJAKESUMA YANG MUDIK KE JAWA SUKSES WIRAUSAHA BAHAN BANGUNAN
February 11, 2020