Carita Wiku lan Pandita

Melacak Buddha Jawa Pramono. Dimanakah Keluarganya?

Hyang Maha Suci

Hyang Maha Suci…Paring sandhang lan boga kang murakabi…
Peparing rejeki… mring titah kang bekti….
Hyang Maha Suci…
Hyang Maha Suci…
Maha asih mring sesami…Budi
Ayo smungkem mring Hyang Maha Suci

Hyang Maha Suci…sembah smungkem konjuk-mring Hyang Maha Suci
Peparing rejeki mring titah kang bekti….
Hyang Maha Suci
Hyang Maha Suci
Maha asih mring sesami
Hyang Maha Suci kang Agung Luhuring Budi
Ayo smungkem mring Hyang Maha Suci

Tri Dharma Kawedar
Syair di atas adalah puja Buddha dalam tembang Jawa karya mendiang Rama Pramono Wirono. Syair tembang berjudul, “Hyang Maha Suci” ini mudah dilantunkan dengan menyesuaikan laras gendhing ketawang “Ibu Pertiwi” karya Ki Narto Sabda.

Konon, syair tembang Hyang Maha Suci diperoleh Rama Pramono Wirono setelah beberapa hari melakukan puja samadhi di Gua Lawa (baca: lowo). Sebuah gua yang hingga kini masih disakralkan penduduk di sekitar Salatiga-Boyolali, Jawa Tengah. Letaknya di timur laut punggung Arga Damalung – nama gunung dalam catatan Bujangga Manik, sebelum dirubah Belanda menjadi Merbabu.

Buddha Dharma Wilayah Pengging
Rama Pramono adalah pembabar Buddha Dharma di wilayah sekitar Pengging, tanah kelahiran Mas Karebet atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang. Berdasarkan wawancara dengan beberapa sesepuh, Rama Pramono adalah Dharma Duta lapis awal atau sosok pertama dan utama di sekitar Gunung Merbabu. Wilayahnya meliputi Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, sedikit bagian di Kabupaten Temanggung, dan di Desa Prigi, Kedungjati, Kabupaten Grobogan.

Semula, Rama Pramono adalah seorang guru SD bersahaja yang kemudian terpilih menjadi anggota DPRD Kota Salatiga dari Partai PNI Bung Karno. Tiap kali peringatan Hari Waisak atau Hari Kemerdekaan, ia tampil menghibur masyarakat pada pentas wayang orang dan selalu berperan menjadi sosok Gatotkaca.

Dalam membabarkan Buddha Dharma, Rama Pramono terbilang langka. Barangkali ia satu-satunya Dharma Duta yang tak terhubung dengan Bhante Ashin Jinarakkhita di Wihara Buddha Gaya, Watu Gong dan Wihara 2500 Buddha Jayanti, Bukit Kassapa, Kota Semarang. Seperti kita ketahui, berdirinya himpunan pandita dan atau organisasi Sangha apapun di Indonesia. Semuanya terkait paut atau terhubung sebagai murid atau jejaring Sang Pelopor Kebangkitan Buddha Dharma, Bhante Ashin Jinarakkhita.

Kemunculan Rama Pramono terbilang tiba-tiba. Hingga kini tidak diketahui darimana ia menggali sumber seni budaya Jawa bercorak Buddha Dharma yang ia tuangkan ke dalam dua buah buku. Pertama, “Dharma Buddha Mahayana Indonesia – Tri Dharma Kawedhar”, terbit tahun 1969.

Kedua, “Ajaran Agama Buddha Indonesia Bahasa Jawa-Tri Dharma Kawedhar”, terbit tahun 1978. Kedua buku telah tuntas diketik ulang dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Tim Badra Santi Institute bekerja sama dengan Civitas Academica UKM Kesenian Jawa, Universitas Negeri Semarang.

Prihatin, Pansus Melacak Jejak Rama Pramono
Badra Santi Institute membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menulis biografi Rama Pramono Wirono beserta jejak karyanya. Hal ini dilandasi rasa prihatin karena jejak karya sesepuh pembabar Buddha Dharma dari latar belakang seni budaya banyak tarabaikan.

Terabaikan bukan hanya karena perubahan zaman. Namun karena corak pembabaran Buddha Dharma pada lapis kedua (era dekade 1970-an) cenderung pakem organisasi sektarian sentris. Serta lapisan ketiga (era dekade milenial) yang cenderung mencerabut akar budaya bahasa Ibu ke arah Bahasa Inggris sentris.

Mempertimbangkan hal di atas, dengan ini kami meminta bantuan pembaca dan upasaka-upasika dimanapun berada. Bahwa apabila ada yang mengetahui jejak keberadaan keluarga Rama Pramono dan karyanya. Kami mohon berkenan menghubungi Redaksi Badrasanti.or.id untuk merajut kerjasama.

Adapun sanak turun Rama Pramono yang sedang kami lacak keberadaannya adalah:

  1. Ibu Budingsih, terakhir tinggal di Semarang, seorang guru seni tari.
  2. Bapak Purbakawaca, terakhir tinggal di Solo, arah Sukoharjo.
  3. Bapak Panca Pana, terakhir tinggal di Puri Gedawang, Banyumanik, Kota Semarang. Secuil berita mewartakan bahwa beliau pernah bekerja di PT New Armada, Magelang.

Beberapa murid Rama Pramono:

  1. Maha Upasaka Soetono Dwijdjoharmoko, Kabupaten Boyolali.
  2. Rama Soekardjo, Kota Salatiga.
  3. Rama Sujono, Kabupaten Semarang.

Demikian usaha lacak jejak ini diupayakan agar api semangat pelestarian Buddha Dharma dengan seni budaya dapat terus dirawat. Sebab apabila suatu peradaban budaya tercerabut habis dari akarnya. Maka peradaban kebudayaan lain yang menggantikan pun sudah tidak ada lagi artinya.

Redaksi Badrasanti.or.id

HP WA 082325361095
Email   mpu.santibadra@gmail.com

Share it!
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *