Pelestarian di Abad ke-20 (03)

Singkatnya kemudian, Badra Santi diselamatkan oleh sanak turun beliau. Mulai dari Raden Panji Witana, Raden Panji Kamzah, hingga penerusnya di era menjelang abad ke-20. Seperti Raden Panji Karsana (Mbah Modin), Raden Panji Askun Sasangka Kusumasmara, dan Pandita Raden Panji Asvadharma T. Hadidarsana. Pada era Raden Panji T. Hadidarsana inilah, Badra Santi berkembang kembali di era awal kemerdekaan dan menjadi semangat pembabaran Buddha Dharma bagi para Gharavasa. Selain beliau, terdapat dua sahabat karibnya yang turut bekerja keras melestarikan Badra Santi. Pertama adalah Pandita Ramadharma S. Reksowardojo, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah Buddhis Indonesia, Provinsi Jawa Tengah, dan Pandita Muda Anandaputra Sutamat (kemudian menjadi Bhikkhu Khemasarano Mahathera).

Sesudah organisasi Buddhis Indonesia mengalami dinamika, Badra Santi dilestarikan secara khusus melalui Yayasan Santi Badra yang didirikan Pandita Raden Panji T. Hadidarsana pada tahun 1974, di Kota Tajug-Kudus. Selain itu, pada tahun yang sama, yayasan ini juga menaungi situs Punden Tapaan Mpu Santi Badra di Dusun Ngasinan, Pancur, Lasem. Tahun 2000, sesudah tiga orang sahabat tersebut wafat, Badra Santi menjadi surut peminat. Hanya beberapa pandita dari Magabudhi saja yang masih berkenan merawat dan melestarikannya. Tidak semua warga Magabudhi mengetahui, bahwa tiga sahabat pelestari Badra Santi tersebut adalah para pendiri sekaligus pandita awal organisasi Buddhis Indonesia, cikal bakal Magabudhi.

>
>> Berikut: Badrasanti Era Milenial (04)
<< Sebelumnya: Pelestarian Badra Santi (02)
Share it!
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •