Liputan

“BUNG KARNO”: “PATRIA SEMARANG GAS POL, JANGAN KASIH KENDOR…!”

“Beri aku Seribu orang tua, niscaya akan kucabut (gunung) Semeru. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!”  

Jumat sore (8/2/2020) Kota Semarang diguyur hujan. Cuaca wajar karena ini adalah musim penghujan. Terlebih sudah masuk hari ke sepuluh pascaperayaan tahun baru Imlek. Hari yang diperingati sebagai Cap Go Meh yang bertepatan dengan purnama di bulan Magha 1941 Çaka. Jam dinding di sudut Dhammasala Wihara Maha Loka, Tanah Putih, Semarang menunjukkan pukul 17.00 WIB.

Ada belasan pemuda berusia belasan tahun dan awal dua puluhan tahun tampak berjalan beriringan menaiki tangga wihara. Beberapa membawa tumpukan busana berwarna biru, tampaknya seperti seragam khas suatu organisasi. Meski gerimis dan sedikit licin, keceriaan nampak pada wajah para pemuda itu senyum ceria mengikuti Kumala, petugas yang sedari siang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Setelah melakukan namakara di depan Buddharupam bersejarah pemberian Ratu Sirikit dari Thailand yang dapat sampai ke Indonesia atas jasa pahlawan nasional Buddhis, Jendral Gatot Subroto. Secara mantap mereka berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul lagu Mars Patria.

Pelantikan Pengurus Patria Kota Semarang
Para pemuda wihara yang dikenal dengan toponimi Tanah Putih itu mengikuti prosesi Pelantikan Pengurus Pemuda Theravada Indonesia, Cabang Kota Semarang. Organisasi yang mempunyai akronim Patria ini adalah kelanjutan dari himpunan muda-mudi wihara bernama Pemuda Buddha Dhamma Indonesia. Pada tahun 1995, bertempat di Wihara Mendut, para pendahulu mereka pernah menyatakan tekad bersama. Yaitu akan melakukan berbagai kegiatan dalam mendukung pembabaran Buddha Dhamma di Indonesia. Dalam konteks nasional, gagasan berkembangnya Patria yang mengusung semangat Khuddaka Nikaya, Jataka 28/147, digagas mendiang Guandi dari Jakarta.           

Adapun terpilih sebagai Ketua DPC Patria Kota Semarang masa bakti 2020-2022 adalah Wiryanto Chandra, pemuda asal Kalimantan yang masih menempuh studi di Unika Soegijapranata. Ia didampingi pengurus lain, yaitu Wakil Ketua: Kevin Pannyananda Suleman; Sekretaris: Santika Andrini dan Aythy Thevanivania; Bendahara: Lisa dan Amelia Yuliani; Bidang Olah raga: Bryant Widodo, Calvin Chandra, dan Bryna Widodo; Bidang Kesenian: Ryan Nur Rahman dan Ananda Dharma Yogi; dan Bidang Pendidikan: Wahyu Hadi Prabowo.            

Dalam sambutannya usai melantik Pengurus Patria, Subhadevi Oei Wan Giem, Ketua DPD Patria Jawa Tengah menyampaikan beberapa pesan penting. Antara lain para pengurus diharapkan dukungannya dalam mengembangkan Buddha Dhamma di Kota Semarang. Ia mengharap pengurus baru melakukan berbagai kegiatan yang dapat menghimpun anggota-anggota baru. Sebab wihara dan agama Buddha memerlukan dukungan tenaga muda. Patria adalah tenaga muda yang harus meneruskan para pendahulunya yang senior dan sudah umur. Oei Wan Giem yang akrab disapa Cie Jing jing itu mengambil tumpukan kain biru yang ternyata rompi seragam Patria dan mengenakannya pada pengurus sebagai simbolik pelantikan.

Ibu Wisnu Vitriana, Ketua Wandani Kota Semarang dalam sambutannya berpesan, agar para pemuda jangan sungkan untuk meminta bantuan unsur Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI) lainnya. Seperti Wandani dan Magabudhi. Dengan kerjasama dan saling mendukung, Vitriana yakin Patria akan besar dan mampu mendukung pembabaran Buddha Dhamma di Kota Semarang.  

Pengurus Patria Kota Semarang (mengenakan rompi biru) bersama Bhikkhu Cattamano Mahathera, Perwakilan Magabudhi, Wandani, dan Dayaka Sabha Wihara Maha Dhamma Loka usai pelantikan

Keluarga Besar KBTI
Selain Wandani Kota Semarang, Wakil Ketua Magabudhi Kota Semarang, Pandita Muda Dhammatejo Wahyudi A. R. dalam sambutannya menjelaskan makna keluarga KBTI. Ia mengutip Sambutan Bhikkhu Dhammasubho Mahathera pada Munas Patria tahun 2001 di Malang. Bhikkhu yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia itu menjelaskan filosofi Keluarga Besar KBTI. “Ibarat keluarga, Sangha adalah kakek sekaligus guru pembimbing, Magabudhi adalah Bapak, Wandani adalah Ibu, dan Patria adalah anak. Semuanya adalah satu keluarga di dalam KBTI”.            

Selain itu, Wahyudi menjelaskan bahwa berbeda dengan Sangha dan Majelis Pandita, Patria dan Wandani adalah organisasi massa. Artinya, organisasi ini dapat menghimpun banyak anggota untuk berkegiatan bersama sesuai visi misi dan program kerja masing-masing. Sedangkan Sangha adalah organisasi yang anggotanya adalah para bhikkhu. Serta Magabudhi adalah organisasi yang anggotanya terdiri dari pandita dan upacarika.

Pandita di sini adalah wakil dari masyarakat Buddhis dalam hubungannya dengan pemerintah yang tidak dapat dilakukan seorang bhikkhu karena keterbatasan peraturan (vinnaya). Tugas pokok pertama dan utama dari Magabudhi adalah menjadi Petugas Pengesahan Perkawinan Buddhis, sebagai syarat utama pencatatan perkawinan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Selain itu, Magabudhi juga menjadi wakil masyarakat Buddhis dalam upacara pengambilan supah jabatan aparatur negara seperti TNI-Polri, ASN, sumpah dokter, sumpah anggota dewan (DPD, DPR, DPRD) pengacara, saksi di pengadilan, pemberkahan tentara sebelum maju ke medan perang, dan sejenisnya.            

Sebagai penutup, Pandita Muda Wahyudi mengharap anggota Patria meski aktif berkegiatan, tetap fokus menyelesaikan studi dan menempuh karir masing-masing. Harapannya, setelah menginjak dewasa dan berumah tangga dan berdomisili dimanapun berada. Para anggota Patria mau dan mampu bergabung Magabudhi. Ini karena sejak dahulu masih sedikir relawan yang berkenan menjadi anggota Magabudhi. Bahkan di Kota Semarang saat ini, hanya ada empat orang pandita aktif.

Mereka adalah Pandita Muda Aggadhammo Warto yang saat ini menjabat Ketua PD Magabudhi Jawa Tengah, dan perwakilan agama Buddha di FKUB Jateng; Pandita Muda Vidyamurti Wirya Purwa Samudra, Wakil Ketua PD Magabudhi Jawa Tengah sekaligus Wakil Ketua Yayasan Buddha Gaya; Pandita Muda Arief Wijaya, yang aktif sebagai Koordinator bakti sosial donor darah Wihara Tanah Putih, bekerjasama dengan PMI Semarang; dan ia sendiri yang selain aktif di wihara juga sering mewakili agama Buddha dalam kegiatan lintas agama di Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) Semarang.  

Wiryanto Chandra, Ketua Patria Kota Semarang; Wisnu Vitriana, Ketua Wandani Kota Semarang; dan Pandita Muda Dhammatejo Wahyudi, Wakil Ketua Magabudhi Semarang (kiri ke kanan). Mereka menyatukan “salam komando” ala disiplin tentara sebagai simbol semangat keluarga besar KBTI

Patria Semarang, Gas Pol, Jangan Kasih Kendor!
Upacara pelantikan itu juga dihadiri Bryna Widodo mewakili Dayaka Sabha (pengurus) Wihara Tanah Putih; Tino, Sekretaris DPD Patria Jawa Tengah; dan Bhikkhu Cattamano Mahathera, Viharadipati (Kepala Wihara) Maha Dhamma Loka, Tanah Putih. Dalam sambutannya, Bhante Cattamano Mahathera mengharap Patria Kota Semarang segera menyusun program kerja. Dengan kegiatan yang diselenggarakan, diharapkan wihara dapat berkembang. Selain itu, ia berharap Patria juga aktif dalam kegiatan lintas agama di Kota Semarang. Terlebih saat ini, banyak undangan lintas agama yang melibatkan anak-anak muda dari berbagai agama.            

Setelah upacara pelantikan, para pemuda melanjutkan puja bakti ajeg Jumat malam. Namun sebelumnya, mereka istirahat sebentar untuk menikmati jajanan yang disediakan di teras wihara. Dalam kesempatan ramah tamah itu, Tino, Sekretaris DPD Patria Jawa Tengah berujar pada perwakilan Magabudhi Kota Semarang. Secara bercanda namun serius, ia ungkapkan kalimat penyemangat, “Benar juga, andai saja saat ini Presiden Pertama Indonesia masih hidup dan hadir. Pasti Bung Karno akan mengucapkan kalimat motivasi, “Ayo Patria Semarang, Gas Pol, Jangan Kasih Kendor!”.  

Penulis:  Dhammatejo W.
Editor: Metta Surya

Share it!
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *