Dengan Jalan Utama Beruas 8, 8 Mahasiswa Syailendra Bangkitkan Inovasi Kerakyatan
Jalan Utama Berunsur Delapan adalah ajaran utama Sang Buddha yang menjelaskan “jalan” menuju lenyapnya dukkha (ketidakpuasan). Unsurnya memang delapan, namun jalan ini adalah satu kesatuan Dhamma yang disimbolkan sebagai roda. Secara khusus Sang Buddha menyebut jalan ini sebagai Majjima Patipada atau Jalan Tengah. Demikianlah angka Delapan adalah angka keramat dalam filsafat Buddhis.
Dari Dua Menjadi Jutaan, Apalagi Berdelapan?
Praktik Dhamma melalui Jalan Tengah Utama Berunsur delapan itu bisa dilakukan oleh para pertapa (bhikkhu/samanera), maupun gharavasa (perumah tangga). Pada sekitar 2500 tahun yang lalu, Sang Buddha pertama kali mengajarkannya kepada lima bhikkhu pertama – pancavagiya bhikkhu, yaitu Aña Kondaña, Vappa, Bhaddiya Mahanama dan Assaji. Peristiwa ini terjadi di bulan Asadha, atau tiga bulan setelah pencapaian Samyak Sambodhi Pertapa Gotama. Dari lima pertapa, kemudian berkembang menjadi 60 orang, lalu praktik Majjima Patipada ini berkembang luas hingga hari ini. Sebagai yang kedua, Sang Buddha mempunyai murid perumah tangga pertama hanya berjumlah dua orang, yaitu Tapussa dan Bhallika. Dari dua murid itu, kemudian meluas hingga berjumlah ratusan juta orang hingga hari ini. Itu baru dua, bagaimana bila delapan murid?
Tak kalah dengan semangat Tapussa dan Bhalika, baru-baru ini ada delapan mahasiswa STAB Syailendra Semarang yang dilepas untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Peristiwanya mirip, garis waktunya sejalan dengan peristiwa agung Sang Buddha. Delapan mahasiswa itu baru saja pulang dari mendukung kegiatan Indonesia Tipitaka Chanting dan Asadha Puja 2019 di Mendut-Borobudur 12-14 Juli yang lalu. Sepuluh hari kemudian, mereka beranjak ke Kota Kebumen untuk praktik Jalan Tengah di tengah masyarakat. Yah, delapan orang tentu lebih banyak dari dua orang. Tentu saja, mereka diharapkan lebih berhasil dalam tugas akademiknya di tengah masyarakat Kebumen
Kebumen, Panjer Kabumian
Berdasarkan cerita tutur, Kebumen berasal dari kata kebumian. Di kabupaten yang terletak di pegunungan Kendeng selatan, berbatasan dengan laut selatan ini pernah berdiri kerajaan bernama Panjer. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, kata panjer berarti kawitan atau pertama. Seolah menyambung dengan peristiwa ketika Sang Buddha mengajarkan kepada dua orang upasaka pertama. Sejumlah delapan orang mahasiswa peserta KKN STAB Syailendra Semarang ini ditempatkan di kota bekas kerajaan kuno, Panjer Kabumian. Delapan mahasiswa itu adalah peserta KKN Periode Semester Gasal, Tahun Ajaran 2019/2020. Selain KKN, mereka akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama dua bulan. Mulai dari tanggal 22 Juli-22 September 2019. Sebagai tempat tinggal, mereka akan tinggal di rumah warga (umat) Buddha Wihara Vannasukha Bhumi yang terletak di Dusun Beji, Kecamatan Rowokele.
Dengan didampingi dosen pembimbing, para mahasiswa ini diterima dalam sebuah acara penyambutan di Pendapa balai desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kebumen, pada hari Senin (22/7) yang lalu. Kehadiran mereka disambut oleh Muspika setempat yang terdiri dari Camat Rowokele dan Kades Desa Wonoharjo. Sementara dari perwakilan Pemkab. Kebumen, tampak hadir Kabag. Kesra yang juga didampingi sejumlah tokoh warga Buddha setempat.
Bupati: “Tumbuhkanlah Motivasi dan Inovasi Rakyat”
Terkait dengan pelaksanaan KKN itu, Bupati Kebumen mengapresiasi dalam sambutan tertulis yang dibacakan Camat Rowokele, Joko Ganjar Supramono. Dalam sabutannya, Bupati berpesan, “Kepada mahasiswa KKN agar mampu memberi saran, masukan, dan terobosan baru dalam menumbuhkan motivasi dan inovasi rakyat, dimana muaranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, demikian salah satu kutipan sambutan Bupati. Sementara Wakil Ketua I Bidang Akademik STAB Syailendra Semarang, Widiyono menyampaikan pesan, “Para mahasiswa ini setelah lulus menyandang predikat sebagai Sarjana Pendidikan Agama Buddha, dan mereka akan ikut bekerjasama dan bekerja dengan masyarakat. Harapannya mereka dapat belajar dari masyarakat, mempraktikkan apa yang telah mereka dapat selama di bangku perkuliahan. Dalam program kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan, meliputi 85% kegiatan untuk pemeluk Buddha dan 15% untuk masyarakat umum”.
Penyerahan Mahasiswa di Wihara Vannasukha Bhumi Dusun Beji
Malam
hari (21/7) sebelum seremoni penerimaan mahasiswa peserta KKN di balai
desa Wonoharjo. Para mahasiswa diterima warga Buddha Wihara Vannasukha
Bhumi yang terletak di Dusun Beji. Diawali puja bakti, dan samadhi,
penyerahan mahasiswa untuk mengabdi pada warga Buddha setempat diisi
dengan sambutan dan ramah tamah. Sebagai sambutan, Ketua Wihara
Vannasukha Bhumi, Rama Marto menyampaikan, “Kami sampaikan ucapan terima
kasih atas kedatangan rombongan KKN dari STAB Syailendra ke Wihara
Vannasukha Bhumi. Semoga dengan kehadiran para mahasiswa dapat
menghadirkan program kegiatan yang bermanfaat bagi umat Buddha di
sini,”.
Dalam penyambutan penuh suasana kekeluargaan itu, Rama Marto merasakan kehadiran para mahasiswa peserta KKN, seperti menyambut anak-anak sendiri. Apalagi perkenalan malam itu diwarnai pembagian oleh-oleh untuk warga wihara berupa sayur mayur seperti tomat, labu siam, labu, sawi sendok, dan lain-lain. Menanggapi hal itu, dengan spontan, perwakilan dosen pembimbing, Widiyono menyampaikan, “Kami mohon Rama dan Warga Buddha tidak sungkan untuk menegur para mahasiswa apabila berbuat salah, saat melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat disini. Agar para mahasiswa dapat belajar dari warga Buddha di Wihara Vannasukha Bhumi, dan mendapatkan pengalaman yang bermakna”.
Yuk Dukung Program KKN 8 Mahasiswa Syailendra!
Apa saja program kegiatan dalam KKN dan PPL delapan mahasiswa peserta KKN Syailendra itu? Dengan bimbingan para dosen, mereka sudah membagi kegiatan dengan sasaran tersendiri. Seperti program untuk anak-anak, ibu-ibu, dan untuk masyarakat umum. Kegiatannya meliputi pelatihan seni tari, pemberian bimbingan belajar, pelatihan keterampilan, pelatihan pengolahan pangan (singkong, kelapa, ubi), praktik samadhi sehari, seminar parenting dan kesehatan, berbagai macam lomba, dan pengadaan sarana prasarana berupa barang.
Tentu saja, buat suksesnya kegiatan delapan mahasiswa itu, siapapun, khususnya warga Buddha dimanapun berada bisa turut berpartisipasi. Dengan mendukung kegiatan KKN delapan mahasiswa Syailendra itu, kita sudah mendukung lestarinya ajaran delapan jalan utama Sang Buddha. Caranya? Langsung aja panteng pengumuman di bawah ini.
Penulis: Didik Susilo
Editor: Dhammatejo W.